Jumat, 19 Oktober 2012



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran. Untuk itu disini kami akan mencoba membahas mengenai pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan. Lahirnya suatu sistem pendidikan bukanlah hasil suatu perencanaan menyeluruh melainkan langkah demi langkah melalui eksperimentasi dan didorong oleh kebutuhan praktis di bawah pengaruh kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Nederland maupun Jepang.

B.  Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Jepang Memanfaatkan Sistem Pendidikan untuk Memenangkan Peperangan Pasifik?
2.   Bagaimana Jepang menerapkan kebijakan pendidikan?
C.  Tujuan Penulisan
1. Untuk menetahui Strategi Jepang Memanfaatkan Sistem Pendidikan untuk Memenangkan Peperangan Pasifik.
2. Untuk mengetahui bagaiman Jepang menerapkan kebijakan pendidikan.















BAB II

A.  Memanfaatkan Sistem Pendidikan untuk Memenangkan Peperangan Pasifik
Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh dan wilayah sebagai bagian dari rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi Manchuria, Daratan China, Kepulauan Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo China dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang, negera ini mulai melakukan ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut. Dengan konsep “Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama Asia Raya) dan semboyan “Asia untuk Bangsa Asia”, bangsa fasis inipun menargetkan Indonesia sebagai wilayah potensial yang akan menopang ambisi besarnya. Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan Pasifik.
B.  Penerapan Kebijakan Pendidikan
Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942. Sejak itulah Jepang kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
1) Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda;
2) Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda. 
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1) Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda.
2) Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
3) Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
4) Pendidikan Tinggi. Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi,
Jepang mengawalinya dengan menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi).
Karena itulah, di Indonesia mereka mencoba format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya, ada indikasi kuat Jepang untuk menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk menanamkan ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.
Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain:
1) Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu;
2) Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang;
3) Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang;
4) Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta
5) Olaharaga dan nyanyian Jepang.
Sementara untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini:
1) Menyanyikan lagi kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi;
2) Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi;
3) setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya;
4) Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang;
5) Melakukan latihan-latihan fisik dan militer;
6) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan.
Bahasa Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.
Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-sekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Termasuk yang harus ditutup adalah HCS, sehingga memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan bangsa China). 
Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk mentranslasikan buku-buku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe vokasi. Jepang juga melarang pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan kontrol, maka sekolah swasta harus mengajukan izin ulang untuk dapat beroperasi kembali. Taman Siswa misalnya terpaksa harus mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani, sementara Taman Guru dan Taman Madya tetap tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan dilihat dari aspek kelembagaan dan operasonalisasi pendidikan lainnya.
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain:
1) Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari.  Di daerah-daerah dibentuk Sumuka;
2) Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;
3) Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin;
4) Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta;
5) Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan
6) Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU. 
Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya kemerdekaan.


BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut: (1) Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda. (2) Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun. (3) Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian. (4) Pendidikan Tinggi.
Terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain: (1) Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari.

B.       Saran
Menyongsong hari pendidikan yang telah kita lalui, betapa mulianya bila kita selaku anak bangsa yang di hari nanti akan memimpin bangsa ini untuk giat belajar dan beribadah. Belajar dapat di implementasikan dengan cara banyak membaca, baik itu dengan membeli buku ataupun dengan pergi ke perpustakaan. Sebab “orang yang rajin membaca adalah orang yang sadar dirinya bodoh ! dan orang yang rajin membaca belum ada sejarahnya yang bodoh !!!
Setelah kita mempelajari pembahasan diatas maka kita dapat mengetahui sejarah pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, alangkah baiknya kita bukan hanya sengetahui sejarah saja akan tetapi kita harus bisa mengaplikasikanya ke zaman sekarang dan zaman yang akan datang.












DAFTAR USTAKA
Anam, S. 2006. Sekolah Dasar Pergulatan Mengejar Ketertinggalan. Solo: Wajatri. h. 113-148
Pikiran Rakyat. 2006. Kurikulum 2006 Pangkas 100-200 Jam Pelajaran. [on line] http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/08/0701.htm
Sanjaya, W. (2007) Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Soenarta, N. (2005). Biaya Pendidikan di Indonesia: Perbandingan pada Zaman Kolonial Belanda dan NKRI. [on line] http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190238.htm
http://peziarah.wordpress.com/2007/02/05/pendidikan-di-zaman-pendudukan jepang/

korespondensi dan bahasa perangko remaja



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Korespondensi dan Bahasa Perangko Remaja untuk dipersentasekan dalam mata kulaih Korespondensi bahasa Indonesia. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dan berguna.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi yang disajikan maupun dari struktur bahasa yangdigunakan, itu semua tidak lain disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki,untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan koreksi yang membangundari para pembaca.Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.


                                                                                          Team Penyusun


Bulukumba,  Oktober 2012


 BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Didalam sistem kegiatan perkantoran, proses komunikasi organisasisalah satunya komunikasi melalui tulisan yang terwujud melalui surat-menyurat (korespodensi). Kegiatan ini sangat penting dalam sebuah organisasi perkantoran karena korespodensi atau surat-menyurat merupakan rangkaian aktivitas yang berkenaan dengan pengiriman informasi secara tertulis mulai dari penyusunan, penulisan sampai dengan pengiriman informasi hingga sampai kepada pihak yang dituju. Selain itu, proses korenpodensi, merupakan sarana untuk mengirim atau memberi informasi tertulis kepada atasan atau pihak lain, baik sebagai laporan, pemberitahuan, permintaan, pertanyaan adalah surat.
Dalam penyusunan korespodensi harus mempehatikan berbagai unsur-unsur dalam pembuatannya yaitu dari segi tulisan dan pemakain bahasa yang harus benar dan tepat. Dalam menulis yang berarti menulis, membentuk atau menyalin huruf, kata atau angka yang dilakukan dengan pensil atau pena tetapi dalam perkembangannya mengalami perluasan sehingga kini mempunyai serangkaian arti pengkhususan yang bisa bermakna melukiskan, menyampaikan, dengan surat, menjadi pengarang dan menyusun atau merancang. Selain dari segi menulis proses bahasa pun perlu diperhatikan seperti ketepatan dalam penggunaannya memakai bahasa yang baik serta benar. Oleh karena itu korespodensi merupkan kebutuhan yang sangat mendasar dalam perkantoran maka korespodensi harus di perhatikan secara baik karena apabila terjadi gangguan dalam proses korespodensi pada sebuah perkantoran, maka akan terjadi gangguan secara keseluruhan pada perkantoran tersebut.
B.       Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan membahas berbagai permasalahan tentang korespodensi diantaranya:
1.      Apa yang dimaksud dengan korespondensi?
2.      Apa fungsi dan syarat-syarat surat?
3.      Bagaimana korespondensi dalam bahasa perangko remaja?
C.  Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai korespodensi yang mencakup pengertian korespondensi, fungsi-fungsi surat, Syarat-syarat surat, agar pembaca mengetahui lebih dalam tentang korespodensi (surat menyurat) serta bahasa perangko remaja dalam korespondensi.





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Korespondensi
Korespodensi atau surat menyurat adalah salah satu bentuk komunikasi dengan mempergunakan surat sebagai alat, sedangkan dalam arti luas komunikasimerupakan proses penyampai pendapat, pesan atau lambang yang mengandung pengertian antar perseorangan atau golongan. Jadi, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa korespondensi merupakan salah satu alat komunikasi yangsangat penting dan setiap waktu dilakukan dalam tugas sehari-hari.Apabila seorang pimpinan harus menyusun sendiri korespondensinyasampai dengan hal yang sekecil-kecilnya tentu akan menyita waktu pimpinantersebut yang sebaiknya dapat dipergunakan untuk tugas lain yang lebih penting. Diharapkan pimpinan cukup mengdiktekan pokok isis surat saja sedangkan  penyusunan selanjutnya sampai kepada pengetikannya  dapat diserahkan kepada staf atau pegawai lainnya termasuk pula kepada siapa tembusan ,alamat dan lampiran perlu disampaikan.Surat adalah alat komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan dari pihak lain untuk menyampaikan berita dengan demikian jelas bahwa surat sangat penting artinya dalam membantu memperlancar tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu perlu diusahakan agar dapat membuat suratdengan baik, sebab penilaian negatif terhadap akan dapat mempengaruhi pula penilaian negatif dalam organisasi.Bentuk komunikasi tertulis lainnya yang sering digunakan selain surat,adalah memo, laporan, dan dll.
B.  Fungsi dan syarat-syarat surat
Surat berfungsi sebagai :
1. Wakil dari pengirim/penulis.
2. Bahan pembukti.
3. Pedoman dalam mengambil tindakan lebih lanjut.
4. Alat pengukur kegiatan organisasi.
5. Sarana memperpendek jarak ( fungsi abstrak ). Mengingat betapa pentingnya peranan surat tersebut, maka siapapun yangmenulis surat perlu berusaha untuk menghasilkan surat yang sempurna, agar dapatmencapai sasaran sesuai dengan kehendak kita/organisasi.
Syarat Surat
Surat yang baik adalah :
1.      Obyektif dan bukan subyektif.
2.      Sistematis susunan isi surat.
3.      Singkat, tidak bertele-tele.
4.      Jelas, kepada siapa, dari mana, tentang apa.
5.      Lengkap isinya.
6.      Sopan.
7.      Wujud fisik yang menarik (kwalitas kertas, bentuk surat, ketikan dsb).
Untuk mengehasilkan surat yang memenuhi syarat seperti yang telah diutarakan, maka penulisannyapun perlu memenuhi syarat sebagai berikut:
1.      Menguasai permasalahannya.
2.      Menguasai bahasa tertulis.
3.      Memiliki pengetahuan tentang surat menyurat.
C.      Bahasa Perangko Remaja
Surat muda-mudi adalah surat-menyurat yang dilakukan oleh remaja, termasuk dalam kelompok ini adalah;
1.      Surat perkenalan
2.      Surat persahabatan dan
3.      Surat percintaan
Dalam penulisannya, surat muda mudi berbeda dengan surat menyurat yang lainnya. Surat-surat jenis ini tidak bergantung pada etika ataubaturan administrasi seperti layaknya surat-surat niaga. Jika surat muda-mudi dipenuhi dengan etika atau tata aturan layaknya surat niaga tentu surat muda mudi akan terbaca hambar atau kurang terasa ‘greget’ isinya.
Namun demikian, dalam kenyataan yang sesungguhnya, dalam penulisan surat ini tetap harus memperhatikan sopan santun atau etika dalam berhubungan atau berkorespondensi. Hal itu untuk menunjukkan bahwa pelaku korespondensi tersebut adalah orang-orang yang beradab adanya.
Dalam penulisannya, bahasa untuk surat muda-mudi ini adalah bahasa remaja atau bahasa khas anak muda yang biasanya terasa lebih merasuk ke dalam hati penerima surat dalam penyampaian penulisannya. Surat remaja ‘seharusnya’ mempu memikat atau menarik simpati penerima surat sehingga timbul respon seperti yang diharapkan oleh pembuatnya.
Seperti yang terjadi dalam dunia ‘gaul’ para remaja dewasa ini, bahasa atau ucapan-ucapan khas ‘gaya gaul’ kadang mewarnai penulisan surat-surat muda-mudi. Hanya saja yang perlu disadari, mengingat tidak semua remaja mengerti arti sesungguhnya dari bahasa gaul tersebut, maka pembuat surat sebaiknya menghindari pemakaian bahasa gaul tersebut, kecuali ia yakin orang yang akan menerima suratnya tersebut mengerti atau memahami makna bahasa gaul. Ini untuk menghindari miscommunication.
Berikut ini diberikan contoh-contoh korespondensi gaya remaja . berikut bahasa remaja yang sering mereka pergunakan :








Contoh Surat Perkenalan
Bulukumba, 10 September 2012
                                                                                               Teruntuk sahabat baru
                                                                                               GURUH SUKARNO
                                                                                                        Di rumah
            Salam kenal,
           
            Sesaat anda membaca surat ini, hati anda tentu dipenuhi kabut kebingungan atau keheranan mendapat surat saya ini. Anda pasti akan bertanya-tanya dalam hati. Siapa saya adanya serta mengapa surat ini ‘terpaksa’ anda terima?

            Baiklah. Anda tidak semakin penasaran, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu.

            Nama saya; DEWI KARLINA. Saya seorang pelajar SMUN 3 Madiun kelas 2. Saya mengenal anda lewat najalah remaja langganan saya. Yaitu KAWULA MUDA yang pada edisi 32 yang terbit hari Selasa. Minggu lalu pada artikel ALBUM KORESPONDENSI saya melihat foto berikut data-data anda. Termasuk hobi anda yang salah satu anda sebutkan adalah gemar berkorespondensi: Berbekal inilah saya layangkan surat perkenalan ini dan saya yakin serta berharap, anda akan membalas surat perkenalan ini.

            Selain itu, nama anda juga membuat saya semakin tertarik untuk melayangkan surat perkenalan ini. Nama anda mengingatkan saya dengan seorang seniman serba bisa Indonesia yang hebat dalam segala bidang seni, yaitu GURUH SUKARNO, putra bungsu proklamator kita, Ir. SUKARNO.

            Saya salah seorang pengagum tokoh besar negri kita ini sekaligus juga pengagum karya-karya seni GURUH SUKARNO, terutama dengan ciptaan lagu dan tari-tariannya.

            Saya kira, cukup sekian dulu perkenalan saya ini. Saya sangat berharap anda akan menerima perkenalan saya dan pula mendapat surat balasan anda.


                                                                                                             Wassalam,




DEWI KARLINA


Contoh surat persahabatan:

Jakarta, 31 Januari 2012

Sahabat baikku:
DYAH UTAMI
Di rumah bahagianya

            Salam kompak!
           
            Gerimis turun pada saat aku menulis surat ini, cuaca gerimis pula yang menjadi awal pertemuan kita hingga berlanjut kearah persahabatan antara kita. Masih ingat dengan kejadian itu kan?

            Oh, ya, apa kabarmu Dyah? Sehat-sehat saja kan? Sehat-sehat pula dengan semua anggota keluargamu, kan? Aku harap, kesehatan, keberkahan akan senantiasa kepadamu berikut keluargamu. Amin!

            Sudah agak lama aku tidak berkirim surat. Maafkan aku, bukan aku melupakan dirimu, apalagi melupakan persahabatan yang lama kita bina, namun adanya kesibukan baru yang kini kucoba untuk tekuni.

            Penasaran? Ingin tahu apa kesibukaan baruku? Ah, tak perlu melotot begitu dong, Non! Tambah cakep entar! Aku terangkan, kok!

            Begini, iseng-iseng aku mengantarka adik bungsuku (masih ingat kan namanya?) untuk mengikuti lomba gambar, secara tak terduga aku bertemu dan berkenalan dengan seorang ibu yang putrinya juga mengikuti lomba gambar tersebut. Alhamdulillah atas karunia Allah SWT Adikku menjadi juara pertama dalam lomba gambar itu. Sewaktu Ibu itu bertanya kepada Adikku siapa yang melatihnya menggambar selama ini, Ia menunjuk aku!

            Singkat ceritanya, aku diminta oleh ibu itu untuk melatih putra-putri beliau dan juga beberapa anak tetangga ibu tersebut di kompleks perumahan tempat beliau tinggal!. Jadilah aku guru gambar amatir.

            Eh, ngomong-ngomong honornya lumayan besar lho, Non! Cukup untuk mentraktir kamu bakso semangkok plus segelas es sirop! He..he..he...! bercanda, lho! Seriusnya, dengan honor yang aku terima, aku dapat membayar SPP-ku sendiri dan membeli peralatan gambar yang telah lama kudambakan! Alhamdulillah! Hitung-hitung membantu beban keuangan keluargaku.

            Bagaimana dengan latihan tarimu, Dyah? Masih terus saja; kan? Dari hati terdalamku aku salut dan kagum denganmu yang dari dulu tetap setia dari dulu menekuni tari-tarian tradisional negara kita. Kalau boleh aku usul seperti ucapan orang tua layaknya, teruskan usahamu itu karena dengan kesenian budaya asli Indonesia akan tetap terjaga dan lestari selamanya!

            Wuih, benar-benar mirip orang tua ya aku ini!!

            Kukira cukup dulu sampai disini kabar dariku, lain waktu kita sambung lagi hingga persahabatan kita akan semakin kompak adanya. Believe me, yuo are still my best friend!



Kompak terus!


SATRIA PUTU WIJAYA












Contoh surat percintaan:
Solo, 28 Maret 2012
Kekasih yang senantiasa menghiasi hari-hariku
RIKA ERAWATI
Di Lampung

            Adinda Rika tercinta,

            Dengan bayangan senyuman manismu yang senantiasa tergambar dalam ingatanku, kutulis surat pelepas rindu ini.

            Apa kabarmu, yang? Sehat-sehat saja, kan? Penuh tulus doa kupanjatkan kehadirat Ilahi Robbi, kiranya Dia senantiasa memberikan rahmat, berkah dan karunia-Nya untuk kekasih tercintaku berikut keluarganya.

            Suratmu yang terakhir kuterima seminggu yang lalu. Itu merupakan benar-benar obat rindu yang sangat menyejukkan hatiku. Bagai musafir yang tengah dahaga di padang pasir nan luas mendapatkan air nan sejuk lagi melegakan. Jadi tidak aneh jika tingkah lakuku sendiri menjadi tak dapat aku kendalikan dengan mencium suratmu berulang kali!

            Yang membuat aku seolah kian kesurupan akibat kegirangan, manakala kulihat dua perangko dipojok kanan atas pada amplop suratmu! Apakah ini kesengajaanmu ataukah hanya karna ketidak sengajaan adindaku saat menempelkannya?

            Adindaku yang tercinta,

            Sekitar tiga bulan lagi aku akan mudik ke Lampung. Berkenaan dengan masalah dua perangko dipojok kanan atas itu, apakah hal itu berarti membuka peluang bagi ayah bundaku untuk datang resmi ke rumahmu? Sekiranya hal itu terjadi, alangkah berbunga-bunganya hatiku dan jenjang pintu gerbang menuju mahligai yang kita dambakan selama iini.

           
            Adindaku, kutunggu jawabanmu!


Peluk cium kekasih setiamu,




AMIR RINALDI

BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Korespodensi atau surat menyurat adalah salah satu bentuk dengan mempergunakan surat sebagai alat, oleh karena itu korespondensi merupakan  salah satu alat  komunikasi yang sangat penting dan setiap waktu dilakukan dalam tugas sehari-hari dalam kantor.
Surat merupakan salah satu alat komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan dari pihak lain untuk menyampaikan berita dengandemikian jelas bahwa surat sangat penting artinya dalam membantumemperlancar tercapainya tujuan organisasi.
Perlu diusahakan agar dapat membuat surat dengan baik, sebab penilaian negatif terhadap surat akan dapat mempengaruhi pula penilaian negatif dalam organisasi.
B.       Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka korespondensi sangatlah penting dalam suatu organisasi karena surat-menyurat merupakan salah satu bagian dari proses komunikasi dalam organisasi yang berbentuk tulisan, proses korespondensi iniI lebih diutamakan untuk lingkungan ekstern organisasi yang sangat berpengaruh dalam menciptakan link organisasi. Dengan adanya korespondensi yang baik dan rapi, maka dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi yaitu bisa bertahan(Survival) dan bisa tumbuh berkembang (Growth).
DAFTAR PUSTAKA

Soedarmayanti, M.Pd. 2001. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Manajemen Perkantoran. Bandung:Mandar Maju Mils, Geoffrey dkk. 1990.
Manajemen Perkantoran Modern. London: PitmanPublishing Limited.Gie, The Liang. 2000.
Administrasi Perkantoran Modern . Yogyakarta: LibertyYogyakarta