Suara
ombak kian bergemuru, berguncang dilautan sama seperti guncangan hati Fani yang
tengah memikirkan hubungannya dengan Haris. Mereka putus hubungan tiga hari
yang lalu. Semua bermula dari sikap Haris yang semakin tidak jelas semenjak
kejadian itu..
Rambut
Fani sesekali melambai disapa angin dari
laut. Tiba-tiba saja lelaki berbadan tinggi datang menyapa Fani yang sedang
termenung. Haris tau betul bahwa Fani sedang memikirkan kejadian itu.. tapi
bagaimanapun, kenyataannya Haris sudah tidak peduli lagi. Namun Haris sudah
siap menerima segala ocehan Fani.
“Haris!! Beri aku alasan yang jelas,
kenapa kamu memutuskan hubungan cinta kita? Aku betul- betul tak sanggup
menerima semua ini.” Wajah Fani mulai memerah dan matanya mulai berkaca-kaca.
“Kalaupun kenyataannya seperti ini,
ku harap kamu bisa menenangkan diri. Ini adalah jalan terbaik buat kita. Tidak
lama lagi aku akan menikah dengan wanita pilihan orang tuaku. Bagaimanapun
cinta kita, tapi orang tua lebih dari segalanya. Kamu sabar ya..” Bujuk Haris
lembut. Dia ingin menyelesaikan masalah ini baik-baik dengan memberikan alasan
palsu kepada Fani.
Air mata Fani bercucuran tak
tertahankan. “Kau yang seharusnya menentang kemauan orang tuamu demi cinta
kita. Setelah kejadian malam itu, setelah semua ku berikan padamu, bahkan
kehormatanku pun telah kuberikan, sekarang kau akan meninggalkanku begitu saja.
Kau sungguh tak berperasaan.” Hikss..hikss..hikss..
Haris bukannya sedih melihat Fani
menangis terseduh-seduh, tapi malah risih dengan suasana seperti ini. “Sudahlah
Fan, aku tidak suka melihat kau seperti ini. Tidak ada gunanya disesali. Yang
lalu biarlah menjadi kenangan kita bersama. Sudah pukul 17.00 Aku mau kekampus
sekarang, ada kuliah malam.”
Lalu, dia meninggalkan Fani sendiri
dipantai yang masih dalam keadaan sedih menangisi sikapnya. Tidak lama kemudian
Fani beranjak dari tempat duduknya menuju mobil kemudian pulang kerumah orang
tuanya.
***
Fani merahasiakan kelakuannya selama
ini kepada orang tuanya semenjak menjalin hubungan dengan Haris. Sejak awal
Haris tidak pernah mau bila diajak kerumah Fani untuk silaturrahim dengan orang
tua Fani. Jelas saja bahwa orang tua Fani yang masih menggenggam erat rasa malu
akan marah besar bila tau bahwa ternyata hubungan Haris dengan Fani sudah melampaui batas. Apalagi keluarga Fani
adalah keluarga terpandang dan disegani oleh orang-orang disekitarnya.
Penyesalan Fani begitu dalam,
barulah ia menyadari bahwa dia telah melakukan dosa besar dan telah
mempermalukan keluarga.
“Aku
terlalu bodoh, begitu cepat percaya dengan kasih sayang dan janji-janji semu
yang telah membuatku terlena. Sekarang semua hanya menjadi harapan yang hampa.
Ohhh... Tuhan, masih adakah ampunan buat hambamu yang hina ini..?” sambil
menatap foto Haris yang terpajam dalam kamarnya.
Sungguh
Fani tak mampu menahan air mata sampai bantalpun ikut bersedih melihat air mata
Fani yang terus mengalir. Seakan ikut merasakan betapa sakitnya hati bagai
teriris pisau yang sangat tajam.
***
Keesokan harinya, Fani kekampus
dengan wajah yang lesu. Dia langsung masuk ruangan. Sambil menunggu dosen, Fani
duduk disamping jendela dekat pintu masuk ruangan. Tiba-tiba terdengar suara
dari luar ruangan sekumpulan laki-laki tertawa terbahak-bahak yang sepertinya
salah satu diantara suara itu tidak asing ditelinga Fani. Ternyata itu adalah
suara Haris dan teman-temannya yang sedang duduk-duduk dikursi depan ruangan
Fani.
“Dasar buaya kamu Ris,, setelah kamu
membuat perempuan secantik dia tidak berdaya, sekarang kamu meninggalakannya
begitu saja. Hahahah...” kata Anto salah satu sahabat Haris
Fani menatap mereka diselah jendela.
“Aduh Anto itukan sudah jadi resiko
orang cantik. Orang gagah akan selalu jadi pemenang. Hahahah...” Kata Haris
sambil tertawa ngakak dengan teman-temannya.
“Eh Pak Ilham sudah datang,, ayo
masuk semua..” kata Anto sambil berlarian masuk ruangan bersama teman-temannya
termasuk Haris.
Fani termenung mengingat obrolan
Haris bersama teman-temannya tadi. Tiba-tiba datang seorang sahabat menghampiri
Fani.
“Fan.. kamu kenapa ? Lagi ada masala
keluarga ya ?”
“Tidak.. Aku baik-baik saja kok..”
“Mmmmm... tapi aku perhatikan dari
tadi kamu murung terus, cerita dong..”
“Aku putus ma Haris...” Dengan nada
yang rendah dan pelan-pelan
“Kapan? Akukan sudah bilang kalau
dia itu bukan cowok baik-baik. Ntar boleh kan aku kerumahmu?”
“Boleh Lis.. Sekalian juga aku mau
curhat”
“Okelah Fan.. jangan sedih lagi ya..
kan ada aku tempat penampunga masalahmu.. hihi” Bujuk Lisa berusaha menangkan hati
Fani.
Tiba-tiba dosen datang. Pembicaraan
mereka terpending sementara waktu.
***
Tuk..tuk..tuk... terdengar suara ketukan pintu kamar
Fani.
“Siapa?
“Aku Lisa...”
“Ough.. masuk Lis...”
Lisa masuk kamar dengan rasa
penasaran tentang cerita Fani yang sempat tertunda dikampus.
“Fan.. ada apa sih sebenarnya, sakit
hati kok sampai segitunya, nangis terus.. Memangnya ada masalah apa sampai-sampai dia mutusin
kamu?”
“Hikss..hikss..hikss.. sejak
kejadian malam itu, dia mulai menjauhiku Lis..”
Lisa semakin penasaran
“Kejadian apa Fan..?”
Dengan sangat terpaksa dia
mengatakan semuanya kepada sahabatnya, karena rasa sakit yang sudah menggumpal
didadanya tak tertahankan lagi. “Malam itu dia telah merampas kesucianku
Lis...” sambil memeluk sahabatnya itu.
Fani
meraung-raung dibahu Lisa yang tengah terperangah
mendengarnya.
“Astagfirullah...
kau sudah keterlaluan Fani. Harga dirimu telah terinjak-injak olehnya. Kau
tidak boleh mendiamkan masalah ini.” Suasana kamar berlinangan air mata hanya
terdengar suara tangis dari kedua putri cantik ini.
“Aku
lupa diri Lis.. Aku dihanyutkan oleh arus percintaannya Haris yang telah
membabi butakan hatiku.”
“Sudahlah
Fan.. besok kita temui Haris dikampus.”
***
Pagi-pagi Fani langsung menemui Anto
salah seorang sahabat Haris lalu bertanya. “Haris mana? Tumben kalian tidak
duduk sama-sama.”
“Duduk sini Fan.. Oh Haris.. kemarin
dia pindah keluar kota, ikut sama kakaknya. Katanya ada masalah jadi dia harus
pindah.”
Dengan hati yang sangat kecewa
mendengar kabar itu. “Kalau boleh tau, ada masalah apa sampai-sampai pindah
keluar kota..?”
“Biasa.. dia itukan cowok Playboy.
Ada masalah cewek gitu deh. Loh bukannya kamu juga salah satu mantan
pacarnya..?” dengan wajah yang kaget, Anto baru sadar ternyata perempuan yang
duduk didepannya adalah salah satu korban kebiadaban Haris.
“Ia betul. Hubungan kami berakhir
sejak seminggu yang lalu.” Fani menjawab dengan wajah tersipu malu.
“Terimakasih atas informasinya, saya pergi dulu.”
“Ia sama-sama.”
Langkah
demi langkah Fani berjalan pelan-pelan menuju ruangannya untuk menemui Lisa.
“Aku kehilangan jejak Lis.. Dia pindah kuliah keluar kota.” Lisa tak mampu lagi
berkata apa-apa.
***
Dipesisir pantai tempat Fani
membanting segala kemurungan. Angin kencang menerpa tubuhnya. Ia berteriak
“Demi hati yang terluka parah ini, aku bersumpah tak ingin lagi mengenal cinta
dengan lawan jenis sebelum itu halal dimata ALLAH SWT.”
“AKU
TELAH TERTUSUK ANAK PANAH ZAMAN”
By Bau
Rana
CP : 087841202679
CP : 087841202679
Manyampa
28 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar