Sabtu, 05 Mei 2012


SEJAK KEJADIAN MALAM ITU
Suara ombak kian bergemuru, berguncang dilautan sama seperti guncangan hati Fani yang tengah memikirkan hubungannya dengan Haris. Mereka putus hubungan tiga hari yang lalu. Semua bermula dari sikap Haris yang semakin tidak jelas semenjak kejadian itu..
Rambut Fani sesekali  melambai disapa angin dari laut. Tiba-tiba saja lelaki berbadan tinggi datang menyapa Fani yang sedang termenung. Haris tau betul bahwa Fani sedang memikirkan kejadian itu.. tapi bagaimanapun, kenyataannya Haris sudah tidak peduli lagi. Namun Haris sudah siap menerima segala ocehan Fani.
            “Haris!! Beri aku alasan yang jelas, kenapa kamu memutuskan hubungan cinta kita? Aku betul- betul tak sanggup menerima semua ini.” Wajah Fani mulai memerah dan matanya mulai berkaca-kaca.
            “Kalaupun kenyataannya seperti ini, ku harap kamu bisa menenangkan diri. Ini adalah jalan terbaik buat kita. Tidak lama lagi aku akan menikah dengan wanita pilihan orang tuaku. Bagaimanapun cinta kita, tapi orang tua lebih dari segalanya. Kamu sabar ya..” Bujuk Haris lembut. Dia ingin menyelesaikan masalah ini baik-baik dengan memberikan alasan palsu kepada Fani.
            Air mata Fani bercucuran tak tertahankan. “Kau yang seharusnya menentang kemauan orang tuamu demi cinta kita. Setelah kejadian malam itu, setelah semua ku berikan padamu, bahkan kehormatanku pun telah kuberikan, sekarang kau akan meninggalkanku begitu saja. Kau sungguh tak berperasaan.” Hikss..hikss..hikss..
            Haris bukannya sedih melihat Fani menangis terseduh-seduh, tapi malah risih dengan suasana seperti ini. “Sudahlah Fan, aku tidak suka melihat kau seperti ini. Tidak ada gunanya disesali. Yang lalu biarlah menjadi kenangan kita bersama. Sudah pukul 17.00 Aku mau kekampus sekarang, ada kuliah malam.”
            Lalu, dia meninggalkan Fani sendiri dipantai yang masih dalam keadaan sedih menangisi sikapnya. Tidak lama kemudian Fani beranjak dari tempat duduknya menuju mobil kemudian pulang kerumah orang tuanya.
***
            Fani merahasiakan kelakuannya selama ini kepada orang tuanya semenjak menjalin hubungan dengan Haris. Sejak awal Haris tidak pernah mau bila diajak kerumah Fani untuk silaturrahim dengan orang tua Fani. Jelas saja bahwa orang tua Fani yang masih menggenggam erat rasa malu akan marah besar bila tau bahwa ternyata hubungan Haris dengan Fani  sudah melampaui batas. Apalagi keluarga Fani adalah keluarga terpandang dan disegani oleh orang-orang disekitarnya.
            Penyesalan Fani begitu dalam, barulah ia menyadari bahwa dia telah melakukan dosa besar dan telah mempermalukan keluarga.
“Aku terlalu bodoh, begitu cepat percaya dengan kasih sayang dan janji-janji semu yang telah membuatku terlena. Sekarang semua hanya menjadi harapan yang hampa. Ohhh... Tuhan, masih adakah ampunan buat hambamu yang hina ini..?” sambil menatap foto Haris yang terpajam dalam kamarnya.
Sungguh Fani tak mampu menahan air mata sampai bantalpun ikut bersedih melihat air mata Fani yang terus mengalir. Seakan ikut merasakan betapa sakitnya hati bagai teriris pisau yang sangat tajam.
***
            Keesokan harinya, Fani kekampus dengan wajah yang lesu. Dia langsung masuk ruangan. Sambil menunggu dosen, Fani duduk disamping jendela dekat pintu masuk ruangan. Tiba-tiba terdengar suara dari luar ruangan sekumpulan laki-laki tertawa terbahak-bahak yang sepertinya salah satu diantara suara itu tidak asing ditelinga Fani. Ternyata itu adalah suara Haris dan teman-temannya yang sedang duduk-duduk dikursi depan ruangan Fani.
            “Dasar buaya kamu Ris,, setelah kamu membuat perempuan secantik dia tidak berdaya, sekarang kamu meninggalakannya begitu saja. Hahahah...” kata Anto salah satu sahabat Haris
            Fani menatap mereka diselah jendela.
            “Aduh Anto itukan sudah jadi resiko orang cantik. Orang gagah akan selalu jadi pemenang. Hahahah...” Kata Haris sambil tertawa ngakak dengan teman-temannya.
            “Eh Pak Ilham sudah datang,, ayo masuk semua..” kata Anto sambil berlarian masuk ruangan bersama teman-temannya termasuk Haris.
            Fani termenung mengingat obrolan Haris bersama teman-temannya tadi. Tiba-tiba datang seorang sahabat menghampiri Fani.
            “Fan.. kamu kenapa ? Lagi ada masala keluarga ya ?”
            “Tidak.. Aku baik-baik saja kok..”
            “Mmmmm... tapi aku perhatikan dari tadi kamu murung terus, cerita dong..”
            “Aku putus ma Haris...” Dengan nada yang rendah dan pelan-pelan
            “Kapan? Akukan sudah bilang kalau dia itu bukan cowok baik-baik. Ntar boleh kan aku kerumahmu?”
            “Boleh Lis.. Sekalian juga aku mau curhat”
            “Okelah Fan.. jangan sedih lagi ya.. kan ada aku tempat penampunga masalahmu.. hihi” Bujuk Lisa berusaha menangkan hati Fani.
            Tiba-tiba dosen datang. Pembicaraan mereka terpending sementara waktu.
***
            Tuk..tuk..tuk... terdengar suara ketukan pintu kamar Fani.
            “Siapa?
            “Aku Lisa...”
            “Ough.. masuk Lis...”
            Lisa masuk kamar dengan rasa penasaran tentang cerita Fani yang sempat tertunda dikampus.
            “Fan.. ada apa sih sebenarnya, sakit hati kok sampai segitunya, nangis terus.. Memangnya  ada masalah apa sampai-sampai dia mutusin kamu?”
            “Hikss..hikss..hikss.. sejak kejadian malam itu, dia mulai menjauhiku Lis..”
            Lisa semakin penasaran
            “Kejadian apa Fan..?”
            Dengan sangat terpaksa dia mengatakan semuanya kepada sahabatnya, karena rasa sakit yang sudah menggumpal didadanya tak tertahankan lagi. “Malam itu dia telah merampas kesucianku Lis...” sambil memeluk sahabatnya itu.
Fani meraung-raung dibahu Lisa  yang tengah terperangah mendengarnya.
“Astagfirullah... kau sudah keterlaluan Fani. Harga dirimu telah terinjak-injak olehnya. Kau tidak boleh mendiamkan masalah ini.” Suasana kamar berlinangan air mata hanya terdengar suara tangis dari kedua putri cantik ini.
“Aku lupa diri Lis.. Aku dihanyutkan oleh arus percintaannya Haris yang telah membabi butakan hatiku.”
“Sudahlah Fan.. besok kita temui Haris dikampus.”
***
            Pagi-pagi Fani langsung menemui Anto salah seorang sahabat Haris lalu bertanya. “Haris mana? Tumben kalian tidak duduk sama-sama.”
            “Duduk sini Fan.. Oh Haris.. kemarin dia pindah keluar kota, ikut sama kakaknya. Katanya ada masalah jadi dia harus pindah.”
            Dengan hati yang sangat kecewa mendengar kabar itu. “Kalau boleh tau, ada masalah apa sampai-sampai pindah keluar kota..?”
            “Biasa.. dia itukan cowok Playboy. Ada masalah cewek gitu deh. Loh bukannya kamu juga salah satu mantan pacarnya..?” dengan wajah yang kaget, Anto baru sadar ternyata perempuan yang duduk didepannya adalah salah satu korban kebiadaban Haris.
            “Ia betul. Hubungan kami berakhir sejak seminggu yang lalu.” Fani menjawab dengan wajah tersipu malu. “Terimakasih atas informasinya, saya pergi dulu.”
            “Ia sama-sama.”
Langkah demi langkah Fani berjalan pelan-pelan menuju ruangannya untuk menemui Lisa. “Aku kehilangan jejak Lis.. Dia pindah kuliah keluar kota.” Lisa tak mampu lagi berkata apa-apa.
***
            Dipesisir pantai tempat Fani membanting segala kemurungan. Angin kencang menerpa tubuhnya. Ia berteriak “Demi hati yang terluka parah ini, aku bersumpah tak ingin lagi mengenal cinta dengan lawan jenis sebelum itu halal dimata ALLAH SWT.”
“AKU TELAH TERTUSUK ANAK PANAH ZAMAN”
By Bau Rana
CP : 087841202679
Manyampa 28 Januari 2012

Tidak ada komentar: