Kamis, 03 Mei 2012

Pentingnya Pendidikan Karakter

pentingnya pendidikan karakter


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi bangsa yang berkarakter adalah keinginan kita semua.Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesunggungnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Namun, kenyataan yang ada justru menunjukkan fenomena yang sebaliknya. Konflik horizontal dan vertikal yang ditandai dengan kekerasan dan kerusuhan muncul di mana-mana, praktik korupsi, kolusi dan nepotisme tidak semakin surut malahan semakin berkembang. Demokrasi penuh etika yang didambakan berubah menjadi demokrasi yang kebablasan dan menjurus pada anarkisme, kesantuan sosial dan politik semakin memudar pada berbagai tataran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kecerdasan kehidupan bangsa yang dimanatkan para pendiri negara semakin tidak tampak, semuanya itu menunjukkan lunturnya nilai-nilai luhur bangsa.
Di kalangan pelajar dan mahasiswa dekadensi moral ini tidak kalah memprihatinkan. Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar dan mahasiswa. Kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Perilaku tidak beretika juga ditunjukkan oleh mahasiswa. Penjiplakan karya ilmiah di kalangan mahasiswa juga masih bersifat massif. Bahkan ada yang dilakukan oleh mahasiswa program doktor. Semuanya ini menunjukkan kerapuhan karakter di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu, tentunya pendidikan karakter saat ini perlu ditanamkan dan aktualisasikan dalam proses pembelajaran.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud pendidikan karakter ?
2.      Apa fungsi dan tujuan pendidikan karakter ?
3.      Apa pentingnya pendidikan karakter ditanamkan dalam proses belajar mengajar ?
C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui definisi pendidikan karakter !
2.      Untuk mengetahui fungsi pendidikan karakter !
3.      Untuk mengetahui pentingnya pendidikan karakter ditanamkan dalam proses belajar mengajar !
                                                                              

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Hakikat pendidikan karakter
Pembangunan  karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat pancasila dan pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam pancasila dan pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program perioritas pembangunan nasional.  Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasioanl,yaitu” mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila.”
            Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu” pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabaK dalam rangka mecerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik  agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.an pendidikan nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam rencana aksi pendidikan karakter 2010: pendidikan karakter disebut sebagai Pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
            Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program kementri.
Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter  menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai  yang baik dan biasa melakukannya (psikomotorik). Dengan kata lain, pendidikan karaktaer yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik, akan tetapi juga merasakan dengan baik dan perilaku yang baik. Pendidikan karakter pada kebiasaan yang terus- menerus dipraktikkan dan dilakukan.
            Berdasarkan alur pikir pembangunan karakter bangsa, pendidikan merupakan salah stu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan dan kerja sama seluruh komponen bangsa. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia industri. Sehingga satuan pendidikan adalah komponen penting dalam pembangunan karakter yang berjalan secara sistematik, integratif, bersama dengan komponen lainnya.
B.  Fungsi dan nilai pembentuk pendidikan karakter
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini. Pengetahuan yang tinggi tetapi tanpa didasari oleh pemahaman tentang nilai-nilai yang benar maka hanya akan memberi kesempatan untuk bertumbuhnya benih-benih kejahatan yang akan termanifestasi dalam berbagai bentuk. Justru itu pemerintah mewujudkan pendidikan karakter sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan pendidikan. Dapat diakui bahwa Indonesia juga termasuk Negara yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi terutama di kalangan pelajar namun, nilai-nilai moral yang ada dalam diri mereka dianggap masih sangat kurang. Melihat bebbagai kejadian yang ironis dikalangan pelajar SMA maupun Mahasiswa itu sendiri yang sering bentrok dengan komunitas mereka sendiri maupun dengan yang lainnya.
Masalah-masalah yang terjadi di negara kita sebenarnya menyangkut masalah karakter. Kekerasan, korupsi, manipulasi, tokoh atau pemimpin yang seharusnya menjadi teladan dan panutan serta menjadi penegak hukum malah memutarbalikkan hukum. Kita sebenarnya sudah terlambat dalam menerapkan pendidikan karakter ini. Tetapi harus bagaimana lagi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa percuma menerapkan pendidikan karakter karena negara kita banyak korupsinya. Tetapi menurut saya bahwa itu adalah pemikiran yang terlalu pesimis. Masih banyak generasi muda yang duduk di bangku sekolah dan butuh pendidikan karakter agar di masa depan nanti kita bisa menjadi orang yang tidak hanya cerdas secara intelektual tapi juga karakter. Dunia pendidikan diharapkan menjadi motor penggerak untuk mengedukasi bangsa kita sehingga manusia Indonesia lebih berkarakter dan bermartabat serta mulia. Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh pernah mengatakan bahwa Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas. Pendidikan karakter  juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan. Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa. Pintar tetapi karakternya buruk jelas akan sangat bermasalah. Pintar tetapi tidak bisa menghargai sesama, tidak menghargai nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan maka akan mendatangkan malapetaka bagi orang lain bahkan dalam lingkup yang lebih luas bagi bangsa kita ini. Dengan hadirnya pendidikan karakter ini diharapkan siswa mampu mengembang nilai-nilai yang terkandung dalam pedidikan karakter ini.
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 niali hasil kajian empirik pusat kurikulum yaitu Dalamrangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama,Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat kebangsaan, (11) CintaTanahAir, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat /Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab. Nilai prakondisi yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapi, nyaman, dan santun.
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan bebrapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai tersebut. Dalam implementasinya jumlah dan jenis yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Diantara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.

C.      Pentingnya pendidikan karakter
Keinginan menjadi bangsa yang demokratis, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menghargai dan taat hukum adalah beberapa karakter bangsa yang diinginkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun, kenyataan yang ada justeru menunjukkan fenomena yang sebaliknya. Konflik horizontal dan vertikal yang ditandai dengan kekerasan dan kerusuhan muncul di mana-mana, diiringi mengentalnya semangat kedaerahan dan primordialisme yang bisa mengancam instegrasi bangsa; praktik korupsi, kolusi dan nepotisme tidak semakin surut malahan semakin berkembang; demokrasi penuh etika yang didambakan berubah menjadi demokrasi  yang kebablasan dan menjurus pada anarkisme; kesantuan sosial dan politik semakin memudar pada berbagai tataran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; kecerdasan kehidupan bangsa yang dimanatkan para pendiri negara semain tidak tampak, semuanya itu menunjukkan lunturnya nilai-nilai luhur bangsa.
Di kalangan pelajar dan mahasiswa dekadensi moral ini tidak kalah memprihatinkan. Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar dan mahasiswa. Kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Mereka mencari bocoran jawaban dari berbagai sumber yang tidak jelas. Apalagi jika keinginan lulus dengan mudah ini bersifat institusional karena direkayasa atau dikondisikan oleh pimpinan sekolah dan guru secara sistemik. Pada mereka yang tidak lulus, ada di antaranya yang melakukan tindakan nekat dengan menyakiti diri atau bahkan bunuh diri. Perilaku tidak beretika juga ditunjukkan oleh mahasiswa. Plagiarisme atau penjiplakan karya ilmiah di kalangan mahasiswa juga masih bersifat massif. Bahkan ada yang dilakukan oleh mahasiswa program doktor. Semuanya inI menunjukkan kerapuhan karakter di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Hal lain yang menggejala di kalangan pelajar dan mahasiswa berbentuk kenakalan. Beberapa di antaranya adalah tawuran antarpelajar dan antarmahasiswa. Di beberapa kota besar tawuran pelajar menjadi tradisi dan membentuk pola yang tetap, sehingga di antara mereka membentuk musuh bebuyutan. Tawuran juga kerap dilakukan oleh para mahasiswa seperti yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa pada perguruan tinggi tertentu di Makassar. Bentuk kenakalan lain yang dilakukan pelajar dan mahasiswa adalah meminum minuman keras, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan narkoba yang bisa mengakibatkan depresi bahkan terkena HIV/AIDS. Fenomena lain yang mencorong citra pelajar adalah dan lembaga pendidikan adalah maraknya gang pelajarâ dan gang motor Perilaku mereka bahkan seringkali menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa, termasuk presiden Republik Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memandang perlunya pembangunan karakter saat ini. Pada peringatan Dharma Shanti Hari Nyepi 2010, Presiden menyatakan, Pembangunan karakter (character building) amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang baik (good society). Dan, masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala manusia-manusia Indonesia merupakan manusia yang berakhlak baik, manusia yang bermoral, dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula.
Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karkater manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karkater yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara dengan tegas menyatakan bahwa “pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter.

By Bau Rana
CP : 087841202679
♣Makasih ya dah baca♣

1 komentar:

riadi budiman mengatakan...

sharing www.pendikarmuslim.untan.ac.id